buah hati

Claudia Angelina
5 min readJun 4, 2019

--

ini judulnya click bait gitu ceritanya, ala-ala judul berita di line today hahahahahaha, padahal bukan ngomongin anak (kan biasanya buah hati itu artinya anak ya). Jadi, kali ini bakalan ngomongin tentang buah dari hati, nanti juga pembaca yang budiman pada paham lah maksud dari judul.

source : google images

Terinspirasi dari khotbah kemarin di Gereja, emang hidup ga bisa jauh-jauh dari hati sih yaa. Jatuh hati, patah hati, sakit hati, dikhianati, keras hati, dan lainnya termasuk buah hati. Sebuah ayat dalam Alkitab tertulis demikian,

Lukas 6:45 Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”

Di tulisan sebelum ini, saya membicarakan tentang hati juga, jenis-jenis hati tepatnya. Dari ayat yang kita baca diatas, yang bikin saya menulis tulisan ini adalah kalimat “karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya” dengan kata lain, hati itu ibarat akar pohon, pikiran ada daun-daun dan batang pohon, lalu kata-kata adalah buahnya.

Seperti pohon, akar yang memiliki peranan penting dalam hidup sebuah pohon, demikian juga hati. Belakangan ini saya jadi maklum jika bertemu dengan orang yang kata-katanya nyakitin, kalo dulu saya ikutan sakit ati dengernya, tapi belakangan jadi maklum.

Saya jadi mengerti, sulit bagi mereka yang hatinya sakit, pahit, luka dan jahat untuk memproduksi output yang baik, karena saringannya udah kotor.

source : @thedemonsnightmare (used by permission)

Sumber yang kotor tidak mungkin mengalirkan aliran yang bersih

Kalo hatinya sakit, jahat, pahit atau terluka biasanya akan cenderung melukai orang lain juga, ini diawali dengan PIKIRAN YANG MERASUKI. Menurut saya, hati yang terluka dan pahit (dan sejenisnya), bakalan membuat pikiran seseorang jadi dirasuki dengan hal-hal negatif, prasangka buruk dan cenderung menghakimi. Saya bertemu dengan orang-orang yang hatinya terluka, dan semakin dalam lukanya, semakin negatif dan buruk juga pikirannya, dan biasanya jadi merasa insecure. Mereka suka sekali bergaul dengan orang-orang yang sama insecure-nya, dan nyebelinnya, pikiran negatif lebih mudah mempengaruhi orang lain untuk menjadi negatif juga, lebih gampang daripada merasuki orang lain dengan pikiran positif dan benar.

Hasilnya, PERKATAANNYA MERUSAK. Sayangnya tanpa kita sadari perkataan merusak ini kita ucapkan, sering pula. Sebagai contoh ya, seberapa sering orangtua mematahkan semangat anak-anaknya dengan mengatakan “duh kamu bego banget sih, liat donk tetangga sebelah, juara matematika melulu, kamu ini kerjaannya cuman ngegambaaarr mulu, mau jadi apaa”, padahal mungkin si anak punya talenta dalam bidang seni daripada akademis. Atau sering kali tanpa sadar kita meremehkan pasangan dengan kata-kata yang menyakiti, seperti “kamu kok ga bisa kayak temen aku sih, dia tuh bisa diandelin banget kalo hal-hal gini” atau “kamu ini emang ga bisa diharapkan” atau “nyesel aku milih kamu ternyata kamu ga seperti yang aku kira” atau perkataan sejenis lainnya. Atau ke temen kita, sahabat kita, nge-body shaming mereka ga akan membuat mereka langsung kurus atau menggemuk dengan instan, justru hanya makin mengikis rasa kepercayaan diri dan gambar diri mereka.

source : google image

Hati yang terluka hanya akan melukai orang lain, bahkan orang yang kita kasihi sekalipun. Hati yang terluka hanya akan menyakiti orang lain, bahkan orang yang kita kasihi, karena mereka yang terdekat dengan kita.

Kabar baiknya, hati yang luka bisa disembuhin kalo si “pasien” dengan hati yang luka itu menyadari bahwa ia perlu disembuhkan. Coba koreksi hati kita dengan memperhatikan kata-kata yang kita keluarkan, lebih banyak kata-kata yang merusak atau mendukung orang lain? Bagaimana dengan kata-kata kepada pasangan atau anak atau orang yang kita kasihi, apakah mereka sudah merasa dibangun atau malah merasa impiannya dihancurkan?

Buah selalu dinikmati oleh orang lain bukan oleh si penghasil buah atau si pohon, karena ga mungkin si pohon memakan buahnya sendiri, demikian juga kata-kata yang adalah buah dari hati, kata-kata ini pun dirasakan dan didengar oleh orang lain. Termasuk juga perbuatan kita, karena perkataan dan perbuatan biasanya ga bisa dipisahin. Dari perkataan dan perbuatan, keliatan kualitas dan kondisi hati seseorang.

Sama seperti handphone rusak yang kita bawa ke tempat servis yang mengeluarkan ponsel kita itu, maka hati kita pun harus dibawa kembali kepada sang Pencipta hati, yaitu TUHAN. Selama kita masih diberi nafas oleh TUHAN, berarti masih ada kesempatan untuk memperbaiki PERBUATAN, PERKATAAN dan HATI kita.

Okee, terus kalo mau berubah gimana donk caranya? Well, all can I say is, balik ke penciptamu.

Pertama, kembalilah ke TUHAN, melalui komunitas yang sehat. Bro and Sis, Captain America dan temen-temennya aja perlu komunitas dan base camp mereka kantornya Mr. Stark aka Iron Man, masa kita yang ga punya kekuatan super kayak mereka mau sok ga butuh komunitas dan ga butuh TUHAN sih, lo yakin? Komunitas sehat bisa kamu temukan dalam lingkungan yang sehat dan benar juga. Komunitas banyak, bahkan penjahat juga berkomunitas, oleh karena itu hati-hati dengan siapa kamu menghabiskan waktu. Bergaul dengan orang yang salah, ya jadi salah. Bergaul dengan orang yang toxic, kitanya teracuni, dan ikutan jadi toxic. Bergaul dengan orang yang sehat hati dan benar perkataan dan baik perbuatannya, tentu kita akan ketularan sehat, benar dan baik juga.

source : google image

Kedua, tetap terkoneksi melalui hubungan pribadi dengan TUHAN. Punya hubungan pribadi yang dekat sama TUHAN dan beranjak ke hubungan yang erat melekat sama TUHAN adalah cara kita menjaga hati, sehingga buah hatinya pun bukan hanya menyenangkan manusia tapi juga TUHAN.

Responi setiap peristiwa yang berpotensi melukai hati, sebagai sebuah proses yang memurnikan hati. Hati yang murni, akan menghasilkan buah hati yang bersih.

Selamat memurnikan hati. You are Loved!

--

--

Claudia Angelina
Claudia Angelina

Written by Claudia Angelina

Penyuka kopi yang suka nulis tentang relationship dan kehidupan 💕

No responses yet