Ga Nyasar Ga Belajar

Claudia Angelina
5 min readNov 21, 2022

--

Hai hai.. I’m baaackk.. Setelah sekian purnama ga cuap-cuap, kali ini saya mau cerita tentang nyasar. Jadii ginii..

Tahun 2016 saya mendapat kesempatan untuk pergi ke Sydney untuk menghadiri sebuah konferensi disana, beberapa hari di Sydney saya melanjutkan perjalanan ke Melbourne sendirian. Tapi di Melbourne ada adik saya, selama hampir 12 hari di Melbourne, siang hari saya jalan-jalan sendirian karena adik kerja. Jadi, dengan pedenya saya naik tram untuk ke kota, saya pikir ah saya kan pernah ke kota ini, gampang kok, tinggal naik aja, tap myki-nya terus turun deh.

Eh apa yang terjadiii teman-teman, saya salah turun, tapi tenaaang, masih ada Google Maps (pikir saya). Saya buka Google Maps, saya liat oohh deket ga jauh, jalan juga bisa. Saya jalan dong, dengan pede lagi. Sambil liat kanan kiri wuih cakep2 ya gedung-gedungnya, bersih lagi (saya ga liat map) 🤣

Udah jalan 10 menitan, kok aneh ya, ga nemu tempat yang saya tuju (saya mau ke State Library. Ya udah saya cek map, TERNYATAAAA SAYAA NYASAARR DONG.

State Library Victoria (Source : Google Images)

Dengan hebatnya saya baca maps TERBALIK (kacau sih) hahahaahhaa. Jadi saya berjalan ke arah sebaliknya, bukan kearah yang benar.

Panik ga? Paniklaaahh. Saking paniknya, seketika langsung buta arah, kanan kiri langsung bingung gatau mau kemana.

Setelah sekian detik panik, saya langsung bilang dalam hati ke diri sendiri “oke oke jangan panik, cek map ini dimana, cepet balik arah”

Dan Voila, nyampe deehh.

Dari peristiwa ini apakah terus saya ga nyasar lagi? Ya ga sih, tetap aja ada nyasarnya, saya buruk membaca peta karena saya bukan Dora, saya Claudia. Tapi, saya jadi belajar lebih teliti membaca peta, dan belajar untuk fokus kalo lagi jalan (dan terus berusaha fokus sampe sekarang, karena saya mudah sekali terdistraksi soalnya hahaha).

Seperti itu juga hidup, ada kalanya kita nyasar, gatau dimana, gatau harus melangkah kemana, gatau mau ngapain, bingung sama arah, bingung keputusan apa yang harus diambil, panik, sendirian, rasanya kehidupan orang berjalan tapi kok kita stuck, orang udah berlari kok kita rasanya seperti jalan di tempat.

Kalo udah kayak gitu kita harus gimana yaa. Belajar dari pengalaman saya rasa ini baik untuk menjadi bahan perenungan buat saya, dan akan saya bagikan ke teman-teman juga.

Pertama, ada di komunitas yang sehat. Ada banyak orang yang mendukung dan selalu mendukung tak peduli apapun yang kita lakukan, pikirkan dan putuskan. Tak semua komunitas yang mendukung itu sehat, banyak loh komunitas yang mendukung tapi tak sehat, kita membutuhkan komunitas yang sehat. Komunitas yang menegur ketika kita salah jalan, dan mendukung ketika harus mengambil keputusan yang benar tapi sulit.

Community (Source : Google Images)

Ada masa dimana kita terasa berjalan tanpa arah, merasa yang dikerjakan ga ada yang bener, merasa ketika melakukan segala sesuatu ga berguna, merasa ga dianggap, dan merasa lainnya. Pada saat ini terjadi, cari (balik) ke teman yang memang kamu tau akan menolong kamu kembali ke jalan yang benar.

Ibaratnya, seperti kisah saya yang nyasar tadi, fase kehidupan dimana kita merasa lagi ga baik-baik aja adalah fase dimana kita lagi “nyasar”, kita butuh balik lagi ke jalan yang benar, untuk kembali ke aktivitas yang semula, ke fokus yang benar kita butuh navigasi atau arah yang benar bukan?
Kalo saya, keberadaan teman atau komunitas itu penting banget, kita ga bisa hidup sendiri, kita kadang butuh disadarkan bahwa kita salah jalan, kita butuh ditolong pada saat kebingungan, dan itulah fungsi komunitas atau teman yang bener ya bukan temen yang ngomporin pas kita nyasar malah tambah ngaco ntar.

1 Korintus 15:33 Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.

Jelas kita ga bisa hidup sendiri, maka kita membutuhkan komunitas yang SEHAT dan BENAR untuk menyadarkan dan menolong kita kembali.

Kedua, sadar untuk segera kembali. Berada di komunitas yang sehat dan benar aja ga cukup, kalo kita udah berkali-kali dikasih tau untuk kembali ke jalan yang benar tapi kita ga nyadar-nyadar alias bebal (aka ndableg). Kalo kita terus ngotot dengan kemauan kita sendiri, kita akan terus nyasar guys. Kita perlu sadar, udah sadar kita juga perlu ambil tindakan, karena sadar aja ga cukup kalo kita ga mengambil tindakan.

Ibaratnya seperti cerita saya di Melbourne yang sotoy baca map tapi ngaco tadi, jika saat saya sadar saya udah salah jalan dan kemudian saya terusin aja (jalanin aja dulu.. eh) di jalan yang salah tadi, apakah saya akan sampai di tempat tujuan saya? Tentu tidak sodara-sodara, yang ada saya berjalan semakin jauh dari tempat tujuan saya, saya kelelahan, kecapean, dan energinya abis.

Bayangkan jika itu adalah hidup kita, udah banyak temen-temen yang ngasi tau, udah banyak kakak rohani yang ingetin, udah banyak juga nasehat yang kita dengar, kita sebenarnya cukup sadar tapi kita tidak mau berubah dan tidak mau ambil langkah untuk bertobat, apakah kita akan mengalami perubahan? Tentu tidak. Yang ada, kita kelelahan, habis energi, merasa tak punya tujuan hidup, jenuh, ujung-ujungnya bisa aja malah menyalahkan lingkungan sekitar yang toxic, atau malah menarik diri karena malas mendengar komentar orang lain.

Jadi, jika saat ini mungkin kamu ada di posisi yang kamu tau kamu lagi salah jalan, yuk balik. Sadari dan ambillah tindakan untuk kembali. Saya jadi ingat kisah yang terkenal di Alkitab, tentang Prodigal Son (Anak yang Terhilang) yang ada dalam Lukas 15:11–32 ada saat dimana dia sadar dan kembali ke rumahnya.

Lukas 15:17–20 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.

Prodigal Son (Source : Google Images)

Coba deh peratiin yang dikasih bold, menyadari kemudian ia mau bangkit dan pergi, dan ia lakukan, ia bangkit dan pergi kepada bapanya. Kalo dia hanya berhenti di “menyadari”, dan tidak bangkit dan pergi, kisah ini akan berakhir disana, tidak ada kisah pertobatannya.

Ini adalah kisah pertobatan, anak ini nyasar karena salah ambil keputusan, tapi ia sadari dan ia kembali pulang. Kita semua pernah ada di posisi si anak yang nyasar ini, dan ketika kita disadarkan, marilah kita cepet balik, ambil tindakan, jangan abai ya.

Well, teman-teman, ini cerita yang saya tuliskan berdasarkan apa yang lagi ada di hati saya.

Buat kamu yang lagi pengen cerita, butuh didoain, pengen curhat, atau sekedar say Hi, feel free yaa DM saya aja di IG @claudialois yaa. 🤗

--

--

Claudia Angelina

Penyuka kopi yang suka nulis tentang relationship dan kehidupan 💕