Jesus vs Santa Claus

Claudia Angelina
4 min readDec 12, 2018

--

(sebuah perenungan)

Sosok seorang kakek bertubuh tambun berjenggot putih, berbaju dan bertopi merah bermunculan mulai sejak November, menghiasi pusat perbelanjaan dan hiburan di kota-kota besar. Si kakek ini rupanya maha hadir, dia mampu hadir di belahan dunia manapun, bahkan sampai ke pelosok.

Source : Google Images

Si kakek ini dikenal dengan Santa Claus, yang suka ngasi hadiah ke anak-anak baik katanya. Dia hadir menjelang hari Natal dan akan membagikan hadiah sepanjang hari Natal, begitu cerita yang saya tau. Waktu kecil pun kami berebutan berfoto dengan Santa Claus di mall, masih ada fotonya sampe sekarang. Beranjak dewasa, si Santa tak lebih dari pajangan dan ornamen natal. Tapi entah kenapa si Santa ini mengambil tempat jauh lebih banyak daripada semestinya. Entah mungkin karena perawakannya yang lucu dan tambun, atau bajunya yang merah menyala, atau karena hadiah yang dibawanya dalam buntelan merah? entahlah, yang pasti si kakek tambun ini lebih populer daripada Yesus, padahal Natal tanpa Yesus mah bukan Natalan, cuman liburan. Mungkin si kakek tambun merah lagi senyum-senyum jahil karena ini.

Beberapa tahun yang lalu, guru-guru Sekolah Minggu di gereja kami memutuskan untuk mengambil tema ini sebagai tema Natal di Sekolah Minggu gereja kami. Berawal dari kegelisahan, dimana setiap tahun anak-anak terlihat lebih mengidolakan kehadiran Santa dan hadiah yang dipikulnya dalam buntelan merah besar. Memang sih ada rekan yang selalu berperan menjadi Santa Claus dan membagi-bagikan hadiah atau snacks buat anak-anak, tapi ketika itu menjadi fokus anak-anak, kami memutuskan hal ini ga bisa dibiarkan terjadi. Akhirnya, hari itu kami sepakat itulah hari terakhir Santa Claus muncul di Sekolah Minggu. Kami mengajarkan bahwa Santa Claus bukanlah TOKOH UTAMA di hari Natal melainkan Kristus. Puji Tuhan, anak-anak mengerti.

Sayangnya, makin hari justru, si Santa makin merajalela, di belahan dunia Barat yang populer justru gemerlap lampu, pakaian Santa Claus dari yang gendut berjenggot sampai seksi melambai, kado-kado, sale akhir tahun, baju baru, kado yang semakin mahal semakin baik, orang-orang jarang mengucapkan Selamat Natal (Merry Christmas) melainkan diganti menjadi Selamat Berlibur (Happy Holiday). Kristus semakin hilang dan terganti dengan si Santa atau tokoh-tokoh lainnya yang semakin populer. Gereja-gereja pun “latah” dengan ini, Santa Claus nya menjadi tokoh utama dan rasanya anak-anak pun lebih bahagia berfoto dan melihat sosok si kakek berbaju merah ini dibanding dengan mendengarkan tentang Kristus.

Sesungguhnya, Natal adalah peristiwa penting dimana Kristus lahir bagi manusia, bukan yang berKTP Kristen tapi seluruh dunia. Tanpa Natal tidak akan ada Paskah. Tanpa Kelahiran Kristus, mana mungkin ada Kematian Kristus, dan tanpa kematian Kristus tidak ada pengampunan dosa. Natal adalah momen penting, yang seharusnya dirayakan adalah KRISTUS Sang Penebus, bukan si Kakek bernama Santa Claus.

Saya tidak anti dengan dekorasi dan ornamen Natal, saya sangat menikmati indahnya dekorasi yang ditata dengan apik dan terkadang mewah, atau ornamen Natal yang cantik dan indah. Saya sangat suka suasana Natal dengan dekorasi yang megah mewah cantik dan indah.

Tapi ingatlah, segala dekorasi dan ornamen Natal itu takkan berarti tanpa kehadiran Yesus di hati.

Alkitab mengatakan dalam Yesaya 9:5 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Inilah dasar dari perayaan Natal yang sesungguhnya, bukan hanya selebrasi tanpa tujuan dengan musik menggelegar dan dekorasi mahal. Tidaklah ditulis disana, seorang kakek berjanggut putih berbaju merah akan hadir dan blablabla. Jangan biarkan oknum lain mengambil alih tempat Yesus dan membiarkan kita terlena dengan hadiah-hadiah mahal, padahal hadiah sesungguhnya adalah YESUS. Yesuslah alasan dari Natal itu ada, bukan Santa Claus apalagi manusia salju.

Kembalikanlah esensi Natal (kelahiran) itu kepada Kristus, agar segala kelelahan, cape, energi yang terkuras, waktu yang terbuang untuk mempersiapkan dekorasi dan acara tidak sia-sia, karena Natal bukan hanya tentang “Christmas Wish List” yang terpenuhi atau tergenapi.

Natal bukan hanya sebuah Pesta Ulang Tahun yang meriah, tapi momen untuk menyadari tanpa KELAHIRAN, takkan ada KEMATIAN, dan tanpa KEMATIAN di KAYU SALIB tidak akan ada KESELAMATAN.

Santa Claus bisa memikul buntelan berisi hadiah, tapi Yesus memikul Salib dan disalibkan karena menanggung dosamu, sehingga kamu (dan saya) dibebaskan dari hukuman maut. Selamat Natal. Selamat Merayakan Kristus.

— There is no CHRISTmas without CHRIST —

--

--

Claudia Angelina

Penyuka kopi yang suka nulis tentang relationship dan kehidupan 💕